Makalah Pengkaderan I
Disusun oleh :
1.
Alias Hakim
2.
Irvan
3.
Kahadin
4.
Mustaqim
Dosen
pembimbing :
: ustadz khanafi taher
Batam – Kepulauan Riau
Kata
Pengantar
Dengan
menyebut nama Allah SWT yang maha pemurah lagi maha penyayang segala puji bagi
Allah atas segala nikmatnya, baik yang dapat terlihat maupun nikmat yang tidak,baik
yang sudah lama maupun yang barun di berikan kepada kita semua.
Shalawat
beserta salam tidak lupa kita curahkan kepangkuan Nabi Muhammad SAW sebagai
utusan Allah yang menyebarkan agama islam dimuka bumi ini,jkepada para keluarga
dan pada para sahabatnya yang telah berjuang dengan gigih dalam memperjuangkan
syari’at islam. Dan semoga dilimpahkan pula kepada semua pengikut-pengikutnya
yang mewarisi ilmu mereka dan ulama adalah pewaris Nabi, dan muliakanlah mereka
yang dijadikan pewaris Nabi Allah yang telah dapat mewariskannya kepada
generasi penerusnya.
Makalah
ini adalah ringkasan kisah Nabi Muhammad SAW, kami susun makalah dengan bentuk
yang dapat dipahami, dan semoga mampu menolong para pelajar untuk mendapatkan
sumber tentang sejarah agama islam dan mampu menjadikan makalah ini sebagai
pegangan dalam memperdalam agama islam sehingga kita tidak tersesat dari jalur agama islam.
Daftar Isi
kata pengantar …………………………………………… 1
Bab I ……………………………………………… 4
a. Kelahiran Nabi Muhammad
SAW
b. Keyatiman Nabi Muhammad
SAW
Bab III penutup…………………………………….. 13
Daftar Pustaka
………………………………………… 14
Bab I
A. Kelahiran Nabi Muhammad
SAW
Bangsa Arab di zaman dahulu memiliki kebiasaan menjadikan
kejadian besar yang ada sebagai patokan penanggalan. Peristiwa penyerangan
pasukan Gajah pimpinan Abrahah yang berniat menghancurkan Kabah di kota Mekah,
dianggap sebagai sebuah peristiwa besar yang layak dijadikan patokan
penanggalan. Di tahun pertama penanggalan Gajah ini, di kota Mekah dan di
tengah keluarga Abdul Mutthalib, lahir seorang bayi yang kelak akan mengubah
perjalanan sejalah manusia. Dialah Muhammad putra Abdullah bin Abdul Mutthalib.
Seorang bayi yang
kelak akan membawa pencerahan dan perubahan besar dalam sejarah peradaban
dunia. Walaupun bayi tersebut lahir ke dunia dalam keadaan yang sangat berbeda
dengan bayi – bayi lainnya di dunia,Kehadiran bayi itu di sambut baik oleh
kakeknya Abdul Mutthallib dengan penuh kasih sayang dan kemudian bayi itu
dibawanya ke kaki ka’bah dan di tempat suci inilah bayi itu diberi Muhammad
suatu nama yang belum pernah ada sebelumnya. Menurut penanggalan para ahli,
kelahiran Muhammad itu pada tanggal 12 Rabiul awal tahun Gajah atau tanggal 20
april 571 M.
Adapun sebab musabab dinamakan tahun kelahiran
Nabi Muhammad itu dengan tahun Gajah, karena pada waktu itu, kota mekkah
diserang oleh suatu pasukan tentara orang Nasrani yang kuat di bawah pimpinan
Abrahah, Gubernur dari kerajaan Nasrani
Abessinia yang memerintah di yaman, dan mereka bermaksud menghancurkan Ka’bah.
Pada waktu itu Abrahah berkendaraan gajah.Belum lagi mereka mencapai ka’bah
mereka sudah di hancurkan oleh Allah SWT dengan mengirimkan burung Ababil. Oleh
karena pasukan menggunakan gajah, maka Allah mengatakan dalam firmannya yang
artinya sebagai berikut :
“Dan
Dia mengirimkan atas mereka burung-burung berbondong bondong, yang melempari
mereka dengan batu batu dari sijjil, lalu menjadikan mereka seperti daun daun
yang dimakan ulat”(QS: Surah Al-Fil :3-5)
Ketiga ayat di atas menjelaskan bagaimana
perbuatan tuhan kepada kelompok tentara bergajah yang di pimpin oleh Abrahah
yang hendak menghancurkan ka’bah, Ayat di atas menyatakan : Dan Dia, yakni Allah SWT, mengirim bencana yang jatuh atas mereka berupa burung burung dengan jemlah yang banyak lagi berbondong bondong, yang
melempari mereka dengan batu batu yang kecil kecil yang berasal dari sijjil, yakni tanah yang telah
membatu,lalu, dalam waktu yang relative singkat, menjadikan mereka seperti daun daun yang dimakan ulat.
Syaikh Muhammad’Abduh, memulai
penjelasannya tentang ayat ayat diatas dengan menyatakan bahwa:”surah ini
megajarkan kita bahwa Allah SWT,mengajar nabinya dan umat manusia melalui satu
dari sekian banyak perbuatan tuhan yang menunjukkan betapa besar kekuasaannya
dan bahwa segala kekuasaan tunduk di bawah kekuasaannya.tiada kekuasaan dan
kekuatan yang dapat melindungi mereka dari kekuasaan Allah, sebagaimana yang
telah dibuktikan dalam peristiwa yang telah menimpa tentara bergajah itu, yang
tadinya merasa dirinya kuat dengan jumlah personil dan peralatan mereka.
Sebenarnya, dalam rangka memetik pelajaran kita dapat mencukupkan penjelasan
tentang hal ini sebagaimana termaktub diatas.Namun demikian, kita dapat merinci
penjelasan di atas karena peristiwa yang di alami oleh tentara bergajah itu
sedemikian penting sehingga penduduk mekkah menjadikannya tahun permulaan
penanggalan mereka”.
Seperti budaya orang arab pada waktu
itu, orang tua tidak menyusui anak mereka melainkan menitipkan anak mereka pada
orang lain untuk di susui, yang kala itu nabi Muhammad disusui oleh Halimah
Tusa’diyah, ketika Halimah menyusui Muhammad banyak terjadi keajaiban dalam
keluarganya,alah satunya ialah, kambing halimah yang semulanya kurus dan tidak
bisa diperah susunya berubah menjadi gemuk dan menghasilkan susu yang sangat
banyak, sehingga halimah merasa heran. Namun, keajaiban tidak cukup sampai
disitu, keluarga halimah selama merawat Muhammad hidup mereka tidak pernah
kekurangan melainkan selalu bercukupan,sehingga hlimah selalu menyayngi
Muhammad sebagai anak kandungnya sendiri,sampai pada saat yang telah ditentukan
halimah mengembalikan Muhammad kepada ibunya, halimah juga begitu berat untuk
meninggalkan Muhammad karena beliau
semasa dirawat oleh halimah tidak pernah melakukan hal hal yang buruk,maka dari
itu dikembalikan lah Muhammad kepada ibunya.
Pada
saat Muhammad berumur dua tahun, ibunya meninggal dunia, dan Muhammad sangat
sedih dan bingung, sehingga Allah mengabadikan kisah ini dalam surah Ad-duha
yang artinya :
Ayat 1 dan 2 : demi ad-dhuha dan malam apa bila hening.”
Kata
ad-dhuha secara umum di gunakan dalam arti sesuatu yang tampak dengan jelas
.langi,karena terbuka dan tamoak jelas dinamai dhahiyah tanah atau wilayah yang
kena sinar matahari dinamai dhahiyyah . segala sesuatu yang tampak dari anggota
badan manusia seperti bahunya dinamai dhawahi seseorng yang berjemur dipanas
matahari atau yang terkena sengatan nya di gambarkan dengan kata dhahafulan
alqur’an memperhadap kan kata ini dengan kata asyi’iyyah atau sore .
Demi
ad-dhuha yakni waktu matahri sepenggalahan naik dimana manusia giat bekerja ,
itu lah gambaran kehadiran wahyu dan demi malam apabila hening dimana manusia
beristirahat, dan itu lah gambaran atau sebab ketidakhadiran wahyu .
Berbeda
beda pendapat tentang maksud firman Allah ini antara lain :
Siang hari sejak terbit nya fajar
sampai terbenam nya matahari
v Waktu tertentu disiang hari tertentu
yaitu saat nabi musa as. Menerima wahyu secara langsung dari Allah swt.
Dalam rangka mengalah kan para ahli sihir, sebagai mana d
urai kan dalam QS thaha [20]:59.penganut pendapat ini ingin mengait kan antara
penerimaan wahyu
Dan kemenangan nabi musa as terhadap musuh musuh beliau
dengan keadaan nabi Muhammad saw,. Yang terus akan menerima wahyu walaupun
telah terjadi kelambatan serta akan memperoleh kemenangan sebagai mana di
peroleh oleh nabi musa as di pagi hari ketika duha itu
v Waktu yang diisi oleh hamba hamba
Allah untuk mendekat kan diri kepadanya , missal nya dengan melak sana kan
sholat dhuha
v Cahaya jiwa orng yang mendekat kan
diri kepda Allah .
v Demi waktu matahari sepenggalahan
naik
v dan demi malam apabila telah sunyi
(gelap)
v Dalam suatu riwayat dikemukakan
bahwa Rasulullah merasa kurang enak badan sehingga tidak shalat malam 1 atau 2
malam. Datanglah seorang wanita yang berkata kepadanya: "Hai Muhammad aku
melihat syaithanmu (yang dimaksud syaitan oleh wanita itu ialah Jibril), telah
meninggalkan engkau." Maka Allah menurunkan ayat ini (S.93:1-3) yang
menegaskan bahwa Allah tidak membiarkan Muhammad dan tidak membencinya.
(Diriwayatkan oleh as-Saykhani dan lainnya yang bersumber dari Jundub.)
v Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa
Jibril untuk beberapa lama tidak datang pada Nabi SAW. Berkatalah kaum
musyrikin: "Muhammad telah ditinggalkan." Maka turunlah ayat ini
(S.93:1-3) yang membantah ucapan-ucapan mereka. (Diriwatkan oleh Sa'id bin
Mansyur dan Al-Faryabi yang bersumber dari Jundub.)
v Ulama tafsir mengatakan bahwa di
dalam kedua sumpah tersebut terdapat isyarat waktu turunnya wahyu dan waktu
berhentinya. Harus ada masa istirahat, karena wahyu selalu disertai kepayahan.
Tidak ada tempat untuk meninggalkan atau membenci. Kenyataannya akhir itu lebih
baik dari permulaan.[1]
v Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan
tiada (pula) benci kepadamu
v Maksudnya: ketika turunnya wahyu
kepada Nabi Muhammad s.a.w. terhenti untuk sementara waktu, orang-orang musyrik
berkata: "Tuhannya (Muhammad) telah meninggalkannya dan benci
kepadanya."[2] Maka turunlah ayat ini untuk membantah perkataan
orang-orang musyrik itu
v Para ulama dalam menjelaskan makna
ayat ini mengajak siapapun yang menduga Nabi Muhammad SAW telah ditinggalkan
Tuhannya, untuk memperhatikan keadaan matahari yang disusul oleh kehadiran
malam, serta malam yang disusul dengan kedatangan siang. Kehadiran malam tidak
berarti matahari tidak akan terbit lagi. Demikian pula sebaliknya. Nah, jika
demikian, ketidakhadiran wahyu beberapa saat, tidak dapat dijadikan alasan
untuk menyatakan bahwa ia tidak akan lagi hadir atau Nabi Muhammad SAW telah
ditinggalkan Tuhannya.
v Dan sesungguhnya hari kemudian itu
lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan)
v Maksudnya ialah bahwa akhir
perjuangan Nabi Muhammad s.a.w. itu akan menjumpai kemenangan-kemenangan, sedang
permulaannya penuh dengan kesulitan-kesulitan. Ada pula sebagian ahli tafsir
yang mengartikan akhirat dengan kehidupan akhirat beserta segala kesenangannya
dan ula dengan arti kehidupan dunia.
v Setelah Allah menegaskan bahwa Allah
tidak akan meninggalkan Nabi Muhammad SAW ayat diatas melanjutkan penyampaian
berita gembira kepada beliau bahwa: Dan Aku bersumpah bahwa sungguh akhirat
yakni masa yang akan datang lebih baik bagimu wahai Nabi Muhammad SAW.
v Ayat diatas tidak menjelaskan
karunia apa yang dianugrahkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagian ulama
menetapkan jenis atau bentuk anugrah itu. Ada yang berkata bahwa anugrah
tersebut adalah seribu istana surga, yang dibangan dari mutiara. Adajuga yang
menafsiri dengan kemenangan-kemenangan Rasulululah SAW dan khalifah-khalifah
beliau dalam peperangan. Ada juga yang menyatakan behwa anugrah tersebut adalah
ampunan Allah kepada beliau yang berdosa dan yang lainnya.
v Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan
karunia-Nya kepadamu , lalu (hati) kamu menjadi puas
v Bukankah Dia mendapatimu sebagai
seorang yatim, lalu Dia melindungimu?
v Keyatiman yang biasanya dapat
menjadi faktor negative bagi perkembangan jiwa dan kepribadian seseorang,
sedikitpun tidak memberi dampak negative kepada Nabi Muhammad. Menurut para
pakar, biasanya yang membentuk kepribadian seseorang adalah ibu, ayah, sekolah,
bacaan dan lingkungannya. Dalam kehidupan Rasulullah tidak satupun di antara
keempat faktor di atas yang mempengaruhi atau menyentuh kepribadian beliau.
Beliau sudah tidak punya ayah. Sejak kecil sudah diasuh Halimah Sa’diyyah lalu
kakek dan pamannya. Beliau juga tidak bisa membaca apalgi belajar di sekolah.
Tapi beliau mendapatkan perlindungan sekaligus bimbingan langsung dari Allah.
v Dan Dia mendapatimu sebagai seorang
yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk
v Yang dimaksud dengan bingung di sini
ialah kebingungan untuk mendapatkan kebenaran yang tidak bisa dicapai oleh
akal, lalu Allah menurunkan wahyu kepada Muhammad s.a.w. sebagai jalan untuk
memimpin ummat menuju keselamatan dunia dan akhirat.
v Kata Dhallan berasal dari kata
dhalla yadhillu artinya kehilangan jalan atau bingung tidak mengetahui arah.
Makna ini berkembang sehingga artinya binasa atau terkubur. Kemudian Rasulullah
SAW mendapatkan hidayah dan risalah agama. Maka dengan hidayah agama tersebut
beliua bukan saja mendapatkan jalan terang untuk dirinya melainkan juga memberi
jalan terang bagi umat manusia.
v Dan Dia mendapatimu sebagai seorang
yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan
v Kata ‘Ailan berasal dari kata ‘ilah
yang artinya kemiskinan atau kebutuhan yang dapat juga diartikan keluarga,
karena anak dan keluarga menjadi beban bagi seseorang yang dapat mengantarkan
seseorang pada kebodohan dan kemiskinan. Kata ‘Ailan dapat diartikan sebagai
seseorang yang butuh, apapun penyebabnya.
v Kata Aghna berasal dari kata ghina
yang biasanya diartikan dengan kekayaan. Sebagian ulama menyatakan bahwa
kekayaan yang dimaksud pada ayat di atas adalah kekayaan materi. Menurut
mereka, Nabi telah diberi kekayaan materi (harta benda) untuk hidup Nabi pada
masa kecil melalui Abu Thalib, kemudian ketika dewasa melalui isterinya,
Khodijah lalu setelah Khadijah wafat melalui sahabat beliau Abu Bakar. Setelah
hijrah, Rasul SAW memperoleh kekayaan material melalui kebaikan penduduk
Madinah disusul dengan harta rampasan perang.
v Sebab itu, terhadap anak yatim
janganlah kamu berlaku sewenang-wenang
v Kata taqhar berasal dari kata qoharo
yang artinya menjinakkan dan menundukkan untuk mencapai tujuannya atau mencegah
lawan mencapai tujuannya. Manusia yang merasa memiliki kemampuan demikian
sering kali berlaku sewenang-wenang. Kebiasaan masyarakat kota Mekah saat itu
memang mereka tidak mau memberikan pelayanan terbaik pada anak-anak yatim.
Mereka tidak ramah kepada anak-anak yang kehilangan perlindungannya.
v Tuntunan ayat ini menyatakan bahwa
yang pertama dan yang paling utama dituntut terhadap anak-anak yatim adalah
bersikap baik dan menjaga perasaan mereka. Menyakiti perasaaan anak kecil dapat
menimbulkan komplek kejiwaan yang terbawa hingga dewasa, dampaknya jauh lebih
buruk dari pada kekurangan material.
v Dan terhadap orang yang minta-minta,
janganlah kamu menghardiknya
v Kata Assail berasal dari kata saala
yang artinya meminta. At-Thobari mengartikan kata sail adalah seseorang yang
membutuhkan sesuatu baik berupa informasi tenaga atau materi. Kata tanhar hanya
ditemukan dua kali dalam Al Qur’an yang mengandung arti larangan membentak ibu
bapak. Tanhar dalam kalimat ini dapat diartikan penyampaian atau pemberian
secara kasar atau buruk dengan kata menghardik atau memperlakukan secara kasar.
v Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka
hendaklah kamu siarkan
v Tahadduts bin ni’mah merupakan
istilah yang sudah lazim dipakai untuk menggambarkan kebahagiaan seseorang atas
kenikmatan yang diraihnya. Atas anugerah itu ia perlu menceritakan atau
menyebut-nyebut dan memberitahukannya kepada orang lain sebagai implementasi
rasa syukur yang mendalam. Perintah untuk menceritakan dan menyebut-nyebut
kenikmatan pada ayat di atas, pertama kali memang ditujukan khusus untuk
Rasulullah saw. Namun, perintah dalam ayat ini tetap berlaku umum berdasarkan
kaedah“amrun lir Rasul Amrun li Ummatihi” (perintah yang ditujukan kepada
Rasulullah, juga perintah yang berlaku untuk umatnya secara prioritas).
v Ibnu Katsir mengemukakan dalam kitab
tafsirnya, berdasarkan korelasi ayat per ayat dalam surah Ad-Dhuha, “Bukankah
Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu. Dan Dia
mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberimu petunjuk. Dan Dia
mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.
Oleh karena itu, siarkanlah segala jenis kenikmatan tersebut dengan memujinya,
mensyukurinya, menyebutnya, dan menceritakannya sebagai bentuk i’tiraf
(pengakuan) atas seluruh nikmat tersebut.”
v Para ulama tafsir sepakat bahwa
pembicaraan ayat ini dalam konteks mensyukuri nikmat yang lebih tinggi dalam
bentuk sikap dan implementasinya. Az-Zamakhsyari, misalnya, memahami tahadduts
bin ni’mah dalam arti mensyukuri segala nikmat yang dianugerahkan oleh Allah
dan menyiarkannya. Lebih luas lagi Abu Su’ud menyebutkan, tahadduts bin ni’mah
berarti mensyukuri nikmat, menyebarkannya, menampakkan nikmat, dan
memberitahukannya kepada orang lain.
v Dalam konteks itu, Ibnul Qayyim
dalam bukunya Madrijus Salikinmengemukakan korelasi makna antara memuji dan
menyebut nikmat. Menurut beliau, memuji pemberi nikmat bisa dibagikan dalam dua
bentuk: memuji secara umum dan memuji secara khusus. Memuji secara umum adalah
dengan memuji sang pemberi nikmat sebagai yang dermawan, baik dan luas pemberiannya.
Sedangkan memuji yang bersifat khusus adalah dengan memberitahukan dan
menceritakan kenikmatan tersebut. Sehingga tahadduts bin ni’matmerupakan bentuk
tertinggi dari memuji Allah Zat Pemberi nikmat.
v Imam al-Qurtubi menyampaikan bahwa
nikmat atau anugrah tersebut tidak hanya hal-hal yang bersifat materi, tetapi
mencakup juga immaterial seperti nama baik dan kedudukan, bahkan juga
menyangkut pelaksanaan ibadah (agama). Agama atau petunjuk-petunjuk Allah juga
dinamai nikmat. Karena apapun kelebihan seseorang itu semua tidak akan berarti
apa-apa jika tidak disertai dengan nikmat agama. Sebaliknya, orang yang telah
memperoleh nikmat agama, maka betapapun beratnya beban kesulitan yang
dipikulnya, semua akan terasa ringan.
v Selanjutnya, menurut para ulama ada tiga
nikmat yang diperoleh Rosulullah SAW, yaitu:
v Pertama : beliau yang tadinya yatim
kemudian dianugrahi perlindungan. Oleh karena itu beliau diperintahkan untuk
menyayangi anak yatim.
v Kedua : beliau yang tadinya dalam
keadaan butuh, tidak berkecukupan kemudian memperoleh kecukupan dan rasa puas
dan sebagai tanda syukur, beliau diperintahkan untuk tidak menolak apalagi
menghardik siapapun yang meminta atau bertanya.
v Ketiga : beliau yang tadinya bingung
tidak mengetahui arah yang benar kemudian mendapat petunjuk-petunjuk agama,
atas dasar anugrah ini beliau berkewajiaban menyampaikan petunjuk-petunjuk
agama tersebut kepada orang lain.
B. Keyatiman Muhammad bin
Abdillh (calon nabi)
Muhammad bin Abdillah adalah utusan terakhir para nabi yang
tergolong dalam ulul azmi karena kesabarannya. Nabi Muhammad sudah di tinggal
ayahnya sejak usia tujuh bulan dalam
kandungan dan dikatakan pula bahwa
ayahnya meninggal di daerah Abwa yang terletak antara Mekkah dan Madinah.
Sudah menjadi
kebiasaan pada orang – orang Arab kota
Mekkah, terutama pada orang yang tergolong bangsawan, menyusukan dan menitipkan
bayi – bayi mereka kepada wanita badiyah (dusun di padang pasir) agar bayi –
bayi itu dapat menghirup hawa yang bersih , terhindar dari penyakit – penyakit
kota dan supaya bayi – bayi itu dapat berbicara dengan bahasa yang murni dan
fasih. Demikianlah halnya Nabi Muhammad SAW. Beiau diserahkan oleh ibunya
kepada seorang perempuan yang baik, Halimah sa’diyah dari bani sa’ad kabilah
Hawasin, tempatnya tidak jauh dari kota Mekkah. Di perkampungan Bani Sa’ad inilah Nabi Muhammad SAW di asuh dan
dibesarkan sampai berusia lima tahun.
Di usia lima
tahun Muhammad SAW diantarkan ke Mekkah kembali kepada ibunya, setahun kemudian
ibunya jatuh sakit dan meninggal dunia.
Dari ilustrasi di
atas dapatlah dibayangkan betapa sedih
dan bingungnya Nabi Muhammad menghadapi kemalangan atas kematian ayah dan
ibunya. Sejak Nabi lahir kedunia ini
tak pernah terucap dari mulutnya
dengan sebutan ayah…..
ayah….. dan di usia enam tahun ia sudah
di tinggal oleh ibunya, sehingga ia sudah menjadi sebatangkara, menjadi yatim
piatu,tiada berayah dan beribu. Semua itu adalah takdir ilahi kitapun tidak
tahu persis apa makna yang tersirat di dalamnya Allah yang Maha Tahu.Sepintas dapat dilihat keyatiman yang berdampak pada diri Nabi.
Jiwanya tegar bagai baja didalam menghadapi berbagai tantangan, hatinya lembut ,berakakul karimah
dsb. dalam masa yatim ituNabi meniti
kehidupan dengan sukses. Berakit-rakit ke hulu rupanya mesti Beliau lalui,
berenang-renang ke tepian sebagi langkah juangnya.
Setiap episode prikehidupan Nabi Muhammad SAW sebelum
terutus sebagai rasul berkaitan benar dengan tugas risalah yang
akan diemban. Satu misal kasus “keyatiman”. Sejak usia dua bulan dalam
kandungan ditinggal mati sang ayah, disusul bundanya di usia enam tahun.
Semua ini taqdir Ilahy. Kitapun tidak tahu persis apa hikmah dan maknanya, Allah yang Maha Tahu. Sepintas dapat dilihat episode keyatiman berdampak pada diri Nabi. Jiwanya tegar bagai baja didalam menghadapi tantangan. Dilain segi hatinya lembut nan karimah bagai salju. Perjalanan Sang Yatim padang pasir ini melaju dengan langkah pasti mengarungi kedahsyatan hidup memperjuangkan al-haq.
PENUTUP
Dalam perjalanan hidupnya sejak
masih kanak kanak hingga dewasa dan sampai diangkat menjadi Rasul ,beliau
terkenal sebagai seorang yang jujur,berbudi luhur dan mempunyai kepribadian
yang tinggi tak ada sesuatu perbuatan dan tingkah lakunya yang tercela yang
dapat di tuduhkan kepadanya, beralainan
sekali dengan tingkah laku dan perbuatan kebanyakan pemuda – pemuda saat ini
yang hanya memuaskan nafsu belaka tanpa adanya nilai seseorang yang agamis.
Dengan
keyatiman rasullah ini dapat di ambil hikmah nya bahwa seorang anak yatim itu
tidak usah kecil hati dan selalu bisa hidup mandiri di mana pun berada .
Dengan
sifat sifat yang terpuji yang di miliki rasullah dia selalu di percayai oleh
umat manusia.
Daftar Pustaka
a. Ghazali, Syeikh Muhammad, Tafsir Tematik Dalam Al-Qur’an,Gaya Media Pratama, Jakarta, 2005.
b. Redaksi Majalah Media
Ummat, Wahyu Bagaikan Matahari di Pagi Hari, Jl. Wilis 11 Malang
Jawa Timur Telp. 0341. 553273. http://www.mediaummat.com/index.php?categoryid
=19.
c. Ibnul Qayyim, Madrijus Salikin,http://www.dakwatuna.com/2008/tahadduts-bin-nimah-ceritakan-nikmat-yang-anda-dapat/.
d. Al-Zamakhsyari, Al-Kasysyaf,http://www.dakwatuna.com/2008/tahadduts-bin-nimah-ceritakan-nikmat-yang-anda-dapat/.
e. Ar-Rifa’i, Muhammad Nasib, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir,Gema Insani, Jakarta 1999.
f. Al-Thabari, Ibn Jarir, Jami’ Al-Bayan fi tafsir,http://www.dakwatuna.com/2008/tahadduts-bin-nimah-ceritakan-nikmat-yang-anda-dapat/.
0 komentar:
Posting Komentar